Kamis, 31 Juli 2008

SUKABUMI SUPPORT CENTRE


Sukabumi Support Centre

Komunitas Berani Hidup Berani Melayani

Dialog Interaktif Siswa

Pembentukan Ekstra Kurikuler

Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS

Buka Hati, Buka Mata, Buka Telinga:

Kepemimpinan, Stop AIDS, Tepati Janji

Data dan Fakta

Kaum Muda dan HIV/AIDS

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang diakibatkan oleh infeksi human immunodeficiency syndrome (HIV). Orang yang hidup dengan AIDS akan terus menjadi lemah karena tubuhnya telah kehilangan kemampuan untuk melawan penyakit. Sejak epidemi AIDS yang pertama dilaporkan tahun 1981, yang terjadi pada pria homoseksual dan pecandu narkotika di Los Angeles, trend aktual tidak menunjukkan semakin melemahnya epidemi AIDS. Tahun 2006 lebih dari 65 juta orang telah terinfeksi HIV dan lebih dari 25 juta orang telah meninggal karena AIDS. Sekitar 50% penderita HIV adalah wanita dan lebih dari 40% infeksi baru terjadi pada kelompok usia muda 15-24 tahun.

Secara umum HIV masuk ke tubuh manusia terutama melalui darah, semen, dan sekret vagina serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut. (1). Hubungan seksual baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan pengidap HIV. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% total kasus sedunia. (2). Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik.Transfusi darah/produk darah mempunyai resiko sampai >90%, yang ditemukan pada 3-5% dari total kasus di seluruh dunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik pada pecandu narkotik berisiko 0,5-1%, ditemukan 5-10% dari total kasus se dunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5% dan mencakup < style="">in utero, selama proses kelahiran dan melalui ASI) memiliki resiko penularan sebesar 25-40% dan terdapat <>

Kasus AIDS di Indonesia pertama kali dilaporkan tahun 1987. Kasus ini terjadi pada seorang wisatawan asing di Bali. Jumlah kasus HIV dan AIDS sejak 1987 sampai 2002 terus meningkat. 70% penularan terjadi melalui hubungan seksual berisiko. Peningkatan pesat tersebut disebabkan penularan pada pengguna NAPZA suntik (penasun). Pada tahun 2006 infeksi HIV diperkirakan mencapai 169.000-216.000 orang. Departemen Kesehatan melaporkan terjadinya peningkatan prevalensi HIV positif pada penjaja sex 23%, penasun 48% dan penghuni lapas 68%. Hingga akhir September 2007 jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 10.384 dan kasus HIV sebanyak 5.904. 12: jumlah yang sebenarnya jauh lebih kecil dari yang sesungguhnya karena adanya fenomena gunung es. Kasus AIDS terbanyak dilaporkan di Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Riau. Penularan melalui penasun sebesar 49,5%, heteroseksual 42% dan homoseksual 4%. Berdasarkan jenis kelamin, terjadi 82% kasus AIDS pada laki-laki, 16% kasus pada perempuan, dan sisanya tidak diketahui. Kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (53, 8%), diikuti kelompok 30-39 tahun (27, 99%), dan kelompok 40-49 tahun (8,19%). Bila tidak ada upaya penanggulangan yang berarti, diperkirakan pada tahun 2010 jumlah kasus AIDS sebanyak 400.000 orang dengan kematian 100.000 orang dan sekitar 1.000.000 pengidap HIV. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah AIDS menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. Pada akhir 2015 diperkirakan akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu HIV positif.

Laporan resmi Pemerintah Daerah Kota Sukabumi menyebutkan, sampai Maret 2005 tercatat 65 penderita AIDS, atau 10 besar untuk Provinsi Jawa Barat selama tahun 2004. 15 orang diantaranya telah meningggal dunia. Data yang terbaru (2008) menjelaskan 211 orang hidup dengan HIV/AIDS di Kota Sukabumi, 80 orang terkena AIDS, dan yang telah meninggal dunia sebanyak 70 orang. Penyebaran epidemik, 80%, terjadi karena penggunaan narkotika dengan IDU (injecting drug users) secara bersamaan. Dari jumlah tersebut, pengidap HIV/AIDS berusia antara 20-35 tahun, dengan bilangan terbanyak pada kelompok usia 21-25 tahun. Bila dilihat dari perkembangannya penyakitnya, virus HIV rata-rata dapat terdeteksi setelah 3-5 tahun tertular. Dengan demikian setidaknya pengidap telah terpapar sejak usia belasan tahun pada saat duduk di bangku SLTP dan SMA. Usia dimana tekanan dan pengaruh teman sebaya (peer group) lebih besar daripada nilai-nilai dan norma yang ditekankan oleh keluarga, budaya bahkan agama sekalipun.

Sukabumi Support Centre

Komunitas Berani Hidup Berani Melayani

Akta Notaris : Yusep Sugih Munandar, SH. No. 06/09/05/06

Berdasarkan kesamaan visi tentang pentingnya sebuah kampanye dan atau kegiatan yang berupaya untuk menanggulangi bahaya HIV/AIDS, tanggal 8 Januari 2005 diselenggarakan sebuah semiloka yang diselenggarakan oleh FDS (Forum Diskusi Sukabumi) dan IMA AMS (Ikatan Mahasiswa Angkatan Muda Siliwangi) dengan menghadirkan seluruh elemen masyarakat dan unsur-unsur keagamaan di Sukabumi. Hasil semiloka diantaranya menghasilkan kesepakatan pembentukan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berkhidmat dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS dengan nama Sukabumi Support Centre. Maksud dan tujuan didirikannya Sukabumi Support Centre, seperti tertulis dalam Akta Notaris adalah: (1). Memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap masyarakat tentang bahaya epidemic HIV/AIDS, (2). Menjadikan media komunikasi dan informasi tentang epidemic HIV/AIDS bagi masyarakat Sukabumi. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Sukabumi Support Centre akan melakukan berbagai usaha diantaranya, (1). Dapat berperan dalam penanggulangan bahaya epidemic HIV/AIDS di Sukabumi, (2). Mengurangi stigma negatif yang timbul di masyarakat tentang HIV/AIDS, (3). Dapat menjangkau ODHA yang ada di Sukabumi, (4). Melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap relawan sehingga memiliki kemampuan yang handal dan terampil dalam penanggulangan penyebaran virus epidemik HIV/AIDS.

Dialog Interaktif Siswa:

Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS

Secara keseluruhan kaum muda merupakan faktor utama dalam menghentikan penyebaran HIV/AIDS, dan dapat memainkan peran penting dalam usaha melawan HIV/AIDS. Kaum muda dan anak-anak yang baru memasuki usia remaja, harus sedini mungkin memiliki kemampuan, pengetahuan dan akses kepada pelayanan untuk dapat melindungi diri mereka agar terhindar dari infeksi HIV. Karena jumlah yang terinfeksi HIV meningkat dengan pesat di kalangan usia 15 – 24 tahun, perlu dilakukan upaya-upaya khusus bagi kelompok tersebut. Upaya pembelajaran kaum muda, dalam pemahaman Sukabumi Support Centre menjadi sangat penting karena memberdayakan kaum muda untuk melindungi diri mereka adalah langkah pertama mengendalikan HIV/AIDS. Selain itu, secara prinsip kaum muda memiliki hak untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan agar mereka tidak rentan terhadap epidemik HIV/AIDS, selain mendapat perlindungan yang layak. Fokus dengan kaum pelajar menjadi segmentasi Sukabumi Support Centre dengan melakukan rangkaian kegiatan yang menekankan upaya-upaya penguatan kesadaran terhadap bahaya epidemic HIV/AIDS serta penanggulangannya secara terorganisir. Dialog Interaktif Siswa (DIS) dipakai sebagai model pembelajaran partisipatoris siswa SMAN/SMKN di Kota Sukabumi--selanjutnya SMA/SMKN swasta-- yang diteruskan dengan pendampingan pembentukan ekstra kurikuler Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS. DIS dan pendampingan pembentukan organ ekstra kurikuler dilakukan Tim Fasilitator Sukabumi Support Centre yang telah mengikuti training of trainer, yang sebelumnya secara khusus telah diselenggarakan Sukabumi Support Centre sebagai bagian dari persiapan pelaksanaan DIS.

Pengelolaan Dialog Interaktif Siswa

DIS menekankan pentingnya penerapan kaidah-kaidah pendidikan partisipatoris. Fasilitator hanyalah berfungsi dan bertindak mengolah proses belajar peserta berdasarkan kebutuhan dan pengalaman. Model ini secara jelas memberi peluang bagi seluruh peserta untuk mencurahkan dan berbagi pengalaman tentang pemahaman penanggulangan HIV/AIDS, yang secara sederhana dapat dilakukan oleh masing-masing peserta, komunitas sebaya, lembaga-lembaga sekolah yang dikelola oleh dan atau lebih banyak melibatkan siswa (OSIS, PMR, Pramuka, Kelompok Olahraga Prestasi/Rekreasi, Kelompok Diskusi). Kaidah pendidikan ini dijabarkan dalam satu kerangka kerja yang disebut sebagai ‘daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan’ (srtuctured experiental learning cycle), yang digambarkan secara skematis dengan lima langkah seperti berikut.



Pada saat DIS, proses ini mungkin hanya bisa berlangsung satu daur lengkap saja (langkah 1 sampai 5). Tetapi setelah DIS, dalam kehidupan sehari-hari yang sesungguhnya, peserta diharapkan melakukan tindakan baru berdasarkan kesimpulan (pelajaran, pengetahuan) yang mereka peroleh, kemudian mengungkapkan, menganalisis dan menyimpulkan lagi tindakan-tindakan baru tersebut. Demikian seterusnya, sehingga proses ini sebenarnya merupakan proses yang tidak pernah selesai, berlangsung seumur hidup (life long learning), suatu proses aksi-refleksi terus menerus.

Tujuan-tujuan Dialog Interaktif Siswa

1. Peserta memahami epidemik HIV/AIDS sebagai keprihatinan global dan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.

2. Peserta memahami cara dan proses penularan HIV/AIDS.

3. Peserta memahami penanggulangan penyebaran HIV/AIDS dikalangan mereka secara terorganisir

4. Peserta memahami mereka yang telah terpapar dan hidup dengan HIV sebagai manusia biasa, yang harus diperlakukan sebagai manusia.

Capaian Target Dialog Interaktif Siswa

1. 75-100 siswa SMAN/SMKN terlibat DIS

2. Peserta DIS membentuk ekstra kurikuler Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS.

3. Peserta DIS menyetujui Rencana Tindak Lanjut (RTL) berupa implementasi Deklarasi Komitmen Kaua Muda, dan optimalisasi Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS

Alur Proses Dialog Interaktif Siswa

DIS direncanakan berjalan dengan menetapkan beberapa bagian kegiatan yang saling berkelindan antara satu dengan yang lainnya. Bagian pertama, pembukaan yang terdiri dari: (a) kata-kata pembuka dari pejabat SMAN/SMKN, (b), sambutan organizer, penanggungjawab Sukabumi Support Centre (c), penyerahan pengelolaan acara kepada Tim Fasilitator. Bagian kedua, interaksi yang dikelola oleh Tim Fasilitator dengan (a), memperkenalkan nara sumber serta topik bahasannya, tujuan-tujuan ringkas DIS, (b) menawarkan kontrak belajar kepada seluruh peserta DIS, (c) pemaparan oleh nara sumber (dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, BNK, Sukabumi Support Centre, ODHA), (d), pembentukan kelompok yang didampingi oleh Tim Fasilitator dari Sukabumi Support Centre. Kelompok-kelompok tersebut dapat dibagi dalam 4 (empat) kelompok dengan inisial misalnya Kelompok Berani Sukses Berani Gagal; Kelompok Berani Berbuat Berani Bertanggungjawab; Kelompok Berani Merayu Berani Melayani; Kelompok Berani Hidup Seha. Seluruh kelompok membahas hal-hal penting yang mengarahkan pencapaian-pencapaian tujuan serta target DIS seperti yang direncankan. Pada bagian ini dilanjutkan dengan (e), presentasi tiap-tiap kelompok, pembahasan secara menyeluruh, penetapan kesepakatan peserta pelatihan tentang aksi lanjutan yang dapat dilakukan oleh peserta secara individual, dengan teman sebaya, maupun sebagai tim pemandu pelatihan penanggulangan HIV/ AIDS. Bagian ketiga, penutupan, oleh Tim Fasilitator Sukabumi Support Centre, dan atau ditambahkan acara hiburan. Untuk menguji keberhasilan pelaksanaan DIS, dilakukan Uji Pemahaman Awal pada seluruh peserta sebelum dilakukan DIS, serta Uji Pemahaman Akhir peserta pada akhir pelaksanaan DIS. Selain itu, menguji keberhasilan DIS bisa dilihat sejauh mana arahan-arahan tujuan dan target dari pelaksanaan DIS bisa tercapai, yang dilihat dari indikator kinerja yang ditetapkan secara bersama-sama oleh Tim Fasilitator Sukabumi Support Centre. Proses penting lainnya adalah, penekanan terhadap implementasi kaidah-kaidah pendidikan partisipatoris yang memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih intensif dan semua peserta memperoleh kesempatan yang sama besar. DIS semacam ini bukan sekedar memberi informasi atau pengetahuan tambahan kepada peserta, tetapi sekaligus juga suatu proses pembentukan sikap, prilaku dan komitmen berbuat, bergerak peserta. Karena itu, memerlukan suatu proses interaksi yang tidak jarang menyentuh aspek-aspek psikologis. Rangkaian alur selengkapnya terlampir.

Modul Materi Dialog Interaktif Siswa

Materi DIS disesuaikan dengan kebutuhan peserta yang diarahkan pada penyadaran bahayanya epidemic HIV/AIDS, kesadaran menanggulangi epdemik secara terorganisir. Untuk pengkayaan intelektual dan kesadsaran, Tim Fasilitator Sukabumi Support Centre menyusun dua modul materi pokok. Pertama, ‘Fakta Penyebaran Epidemik HIV/AIDS dan Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS’, yang meningkatkan pemahaman peserta tentang fakta dan data penyebaran epidemik HIV/AIDS dan kebijakan penanggulangan epidemic HIV/AIDS. Pemateri diambil dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Kedua, ‘Model dan Teknik Mengelola Aktifitas Penanggulangan HIV/AID Secara Terorganisir’, yang menekankan pemahaman tentang aktifitas penanggulangan HIV/AIDS secara terorganisir di SMAN/SMKN nya masing-masing. Modul dipersiapkan sebagai rujukan Tim Fasilitator Sukabumi Support Centre dalam mengelola DIS. Modul terlampir.

Rencana Media Pembelajaran Dialog Interkatif Siswa

Dalam menunjang capaian-capaian target dan tujuan DIS, Tim Fasilitator Sukabumi Support Centre mempersiapkan media pembelajaran berupa simulasi dan visualisasi pembelajaran. Simulasi lebih diarahkan pada permainan dan bermain peran antara pemandu dengan peserta dan peserta dengan peserta. Sedangkan, visualisasi lebih fokus pada belajar pada foto-foto, gambar grafis dan bahan cetakan. Selengkapnya terlampir.

Peserta Dialog Interaktif Siswa

Pengalaman Sukabumi Support Centre mengelola pembelajaran terstruktur dengan jumlah peserta antara 75-100--- yang beragam, dan menjadi perwakilan dari tiap-tiap kelas---- serta fasilitator 6-9 orang tetap tidak menghilangkan intensifitas capaian-capaian tujuan dan target. Komposisi peserta tidak homogen, termasuk dari segi pertimbangan gender. Pengalaman menunjukkan bahwa kaum perempuan memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap berbagai masalah tertentu yang sangat penting dipertimbangkan dalam proses-proses advokasi, tetapi sering tidak mendapat perhatian sepatutnya dari kaum lelaki. Dalam banyak kasus memperlihatkan perempuan bisa lebih tangguh dan ‘tahan banting’ dibanding lelaki.

Tim Fasilitator Dialog Interaktif Siswa

Tim Fasilitator DIS berjumlah 55 orang yang terbagi dalam 8 (delapan) kelompok sesuai dengan jumlah SMAN/SMKN di Kota Sukabumi. Terdiri dari Koordinator, dan Anggota Tim Fasilitator. Koordinator berasal dari Tim Fasilitator pada training of trainer dan atau yang ditetapkan Sukabumi Support Centre. Sedangkan Anggota Tim, seluruh peserta alumni training of trainer. Tim Fasilitator berbagi tugas dalam mempersiapkan, melaksanakan, mengelola, mendokumentasikan serta melaporkan seluruh proses pembelajaran DIS secara tertulis.

Jadual Terinci dan Tempat Pelaksanaan

Dilaksanakan pada tanggal 24-29 Juli 2008, bertempat di Ruang Pertemuan SMAN/SMKN Kota Sukabumi dengan alokasi waktu dari pukul 10-14.00. Jadwal terinci dan tempat pelaksanaan terlampir.

Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)

Rencana anggaran pelaksanaan DIS sebesar Rp.2.327.250 (dua juta tiga ratus dua puluh tujuh ribu dua ratus lima puluh rupiah), yang bersumber dari kas Sukabumi Supoort Centre, RAPBS SMAN/SMKN yang bersangkutan. RAP terlampir.

Menjemput Harapan Tim Fasilitator

Tujuan, capaian-capaian target, model pembelajaran serta Tim Fasilitator yang bekerja berdasarkan tema Dialog Interaktif Siswa menjadi sesuatu yang niscaya untuk sukses pembelajaran. Soliditas seluruh komponen yang berkepentingan bergerak dalam kerangka ‘amal shalih: pengkayaan penanggulangan HIV/AIDS secara terorganisir adalah bagian dari menjemput sebagian keutamaan-keutamaan ALLAH. Keterlibatan seluruh komponen sukses pembelajaran Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS Kota Sukabumi apapun bentuknya, akan sangat berharga. ALLAH SWT telah menjanjikan orang-orang yang beriman dan bergerak dengan kerangka ‘amal shalih hidup abadi (Qur’an Surat al-Baqarah (2):154). ALLAH SWT melarang sikap putus asa menjemput rahman, rahim dan maghfirah, bahkan bagi mereka yang senantiasa ‘berbuat melampaui batas’ (Qur’an Surat al-Zumar (39): 53-54).

Sukabumi, Juli 2008

Yana Fajar FY. Basori

Koordinator Sukabumi Support Centre

Lampiran-lampiran

1. Daftar Lengkap Tim Fasilitator

2. Panduan Terinci dan Ringkas Tim Fasilitator

3. Alur Proses Pembelajaran

4. Formulir Relawan Sukabumi Support Centre

5. Curriculum Vitae Peserta

6. Uji Pemahaman Awal dan Uji Pemahaman Akhir

7. Lembar Permintaan dan Penawaran

8. Kuisioner Perilaku Berisiko Tidak Berisiko Pergaulan Keseharian

9. Kesepakatan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

a. Deklarasi Komitmen Kaum Muda

b. Panduan Aktifitas Kelompok Pelajar Peduli Penanggulangan HIV/AIDS

10. Modul Materi Dialog Interaktif Siswa

11. Simulasi (Game, Energizer, Role Playing)

12. Visualisasi (Bahan Cetakan)

13. Jadwal Terinci dan Tempat Pelaksanaan

14. Rencana Anggaran Pelaksanaan

15. Format Evaluasi Akhir Pembelajaran

Tidak ada komentar: